Tak bisa dipungkiri, keimanan menjadi faktor penting agar tumbuh kembang anak tetap berada di jalur positif. Tanpa adanya iman, anak akan mudah terombang-ambing dalam pergaulan. Setiap orang tua perlu menumbuhkan fitrah keimanan anak sejak dini, dengan cara-cara yang efektif.
Tujuan dan cara bagaikan dua mata pisau yang saling terkait. Tanpa adanya cara yang baik, sebuah tujuan mustahil untuk terwujud. Terlebih jika tujuannya berkaitan dengan keimanan. Masalah fundamental yang untuk mencapainya perlu ditempuh dengan cara yang tepat.
Lalu bagaimana cara yang efektif untuk menumbuhkan keimanan jika objeknya adalah anak? Sebab meskipun sejatinya fitrah setiap anak adalah Islam, bukan berarti mereka memahami keimanannya pada Agama Islam.
Fitrah Anak itu Muslim
Setiap orang tua perlu memahami bahwa fitrah anak itu sejatinya muslim, yakni terlahir dalam keadaan selamat. Meskipun dirinya dilahirkan dalam lingkungan non muslim.
Hal ini diberitakan oleh Rasulullah dalam sebuah hadits yang artinya,
“Setiap anak yang lahir dilahirkan dalam keadaan fitrah (selamat/muslim). Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Majusi atau Nasrani”. (HR Bukhari)
Rasulullah mengabarkan orang tuanya lah yang berperan penting. Utamanya dalam menanamkan keimanan. Maka tidak mengherankan saat anak terlahir di lingkungan Nasrani, dia akan mengikuti agama itu. Tak terkecuali bagi yang lahir di lingkungan muslim.
Namun menanamkan iman bukanlah perkara mudah. Meskipun fitrah anak usia dini adalah muslim, namun ada juga yang akhirnya pindah agama ketika dewasa. Hal ini tidak bisa dipastikan kesalahan orang tua dalam mendidik anak, sebab nyatanya menanamkan iman pada anak bukan perkara mudah.
Bagi keluarga muslim, menanamkan keimanan pada anak perlu dilakukan dengan cara yang baik. Selain benar caranya, juga diperlukan efektifitas. Perlu kerjasama antara kedua orang tua untuk menanamkan keimanan pada anak.
Pada dasarnya seorang anak itu memiliki akal dan intuisi. Ketika masih kecil, intuisi lah yang lebih berperan. Meskipun akal juga berjalan, orang tua perlu memahami perasaan sang anak. Sebab meski iman itu datang karena akal, intuisi tetap akan merasa ketika akal memahami tentang keimanan.
Dengan demikian orang tua perlu memiliki tips atau cara agar keimanan anak tertanam dan terus tumbuh. Mengikuti pertumbuhan akal dan intuisi tersebut. Lalu bagaimana kah caranya?
Cara Menumbuhkan Fitrah Keimanan Anak
Ada berbagai cara untuk menumbuhkan fitrah keimanan anak. Tetapi untuk melakukannya, perlu bercermin pada yang dilakukan orang sholeh di masa lalu. Dan berikut beberapa diantaranya:
1. Memberi Nasehat
Pertama untuk menumbuhkan fitrah keimanan yakni dengan memberikan nasehat. Yakni menasehati anak agar beriman kepada Allah sebagai pencipta dan tidak menyekutukannya. Hal inilah juga yang dilakukan oleh Luqman terhadap anaknya di masa lalu.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Surat Luqman ayat 13 yang artinya,
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata pada anaknya di waktu dia memberi penjelasan padanya, Hai anakku janganlah kamu mempersekutukan Allah. Sesungguhnya menyekutukan Allah benar-benar kezaliman yang besar”.
2. Ajak Menalar Makhluk
Dalam masa golden age anak, dirinya akan ingin tahu banyak hal. Disinilah kesempatan orang tua untuk mengajak anak menalar setiap ciptaan Allah.
Di dunia ini Allah menghamparkan begitu banyak ciptaan, mulai dari gunung, laut, langit, burung dan masih banyak lagi. Dengan menalar makhluk, akal sang anak akan terangsang untuk mengindera.
Dalam proses penginderaan sang anak itulah orang tua bisa memberi penjelasan. Baik itu siapa penciptanya, kelemahan yang dimilikinya dan segala hal yang terkait dengan ciptaan itu. Hal ini akan lebih mudah mengantar anak pada fitrah keimanannya.
3. Memberi Teladan
Keimanan akan senantiasa memunculkan konsekuensi. Ketika ingin fitrah keimanan anak tumbuh, orang tua perlu memberi teladan terkait pelaksanaan dari konsekuensi keimanan.
Pasalnya fitrah belajar anak tidak cukup jika hanya diberi kata-kata. Namun anak butuh tindakan yang dilakukan orang tuanya. Akan sangat lucu jika orang tua memberi nasehat keimanan namun dirinya sendiri tidak melakukan konsekuensi dari keimanan itu.
Contohnya adalah perkara sholat. Jika orang tua tidak melakukannya padahal menginginkan anak melakukannya, tentu akan memunculkan pertanyaan anak. Suatu saat mungkin anak akan berkata, ‘katanya beriman tapi kenapa ayah tidak shalat?’
4. Mewujudkan Keimanan dalam Suasana Keluarga
Dan yang tidak kalah penting adalah berusaha mewujudkan suasana keluarga yang mencerminkan keimanan. Yakni selain keluarga yang harmonis, juga keluarga yang menjaga konsekuensi keimanan agar tetap terlaksana utamanya ketika di rumah.
Anak-anak itu memiliki sifat kritis. Dimana satu cara menanggulangi sifat itu adalah dengan menghadirkan bukti secara langsung. Yakni lingkungan keluarga yang mencerminkan keimanan, dimana antar anggota keluarga saling terikat oleh keimanan ini.
Yang sangat sulit itu adalah jika keimanan dilakukan secara masing-masing. Sebab fitrah individualitas itu perlu saling support dan memberi contoh. Saat sama-sama saling melakukan dan mengingatkan, maka suasana keluarga yang mencerminkan keimanan bisa diwujudkan.
5. Ikutkan ke Lembaga Pendidikan
Terakhir untuk menumbuhkan fitrah keimanan anak juga perlu mengikutkannya pada lembaga pendidikan. Tentu lembaga yang dimaksud adalah lembaga pendidikan yang peduli dan mengutamakan keimanan.
Dengan demikian tidak hanya sekolah. Lembaga itu bisa seperti pesantren, bimbel di Bantul, tempat mengaji dan yang semacamnya. Sebab untuk menumbuhkan fitrah keimanan anak perlu adanya sinergi. Semakin banyak yang mengantar pada keimanan akan lebih efektif.
Nah itulah beberapa cara yang bisa diterapkan untuk menumbuhkan fitrah keimanan sang buah hati. Keimanan perlu untuk terus dipupuk dan dikuatkan. Sebab keimanan lah yang menjamin keselamatan sang anak. Tidak hanya di dunia, namun hingga ke akhirat kelak.