Anak mengalami tantrum sebenarnya adalah hal yang normal dalam fase perkembangannya, yakni di rentang usia 15 bulan hingga 6 tahun. Di mana penyebab tantrum pada anak di usia golden age ini sangat bervariasi.Â
Saat tantrum anak-anak cenderung suka berteriak-teriak, memukul, melempar barang, berkata kasar, hingga melukai diri. Perilaku tersebut tidak permanen dan dapat diatasi dengan mengetahui faktor penyebabnya. Karena itu, orang tua tak perlu risau, meski sebenarnya sangat menjengkelkan.
Dari Tasmin (2002) dan Fetsch & Jacobson (1998) dalam penelitian Syamsudin berjudul “Mengenal Perilaku Tantrum dan Bagaimana Mengatasinya”, disebut tujuh penyebab tantrum. Kami sebutkan berdasarkan situasi terkini, lengkap dengan cara mengatasinya.
Penyebab Tantrum pada Anak
Penyebab tantrum yang dialami antara satu anak dengan yang lain tidaklah sama. Namun dipastikan disebabkan oleh salah satu dari daftar yang kami sebut di bawah. Tentu saja, Anda sebagai orang tua harus mengetahuinya agar nantinya Anda akan lebih mudah untuk melakukan penanganan.
Adapun beberapa penyebab dari anak yang tantrum di antaranya:
1. Terhalang atau Tidak Dipenuhi Keinginannya
Ini adalah penyebab paling umum yang membuat anak-anak di seluruh penjuru dunia mengalami tantrum. Semisal, kue kesukaannya yang hendak dibeli keburu dipesan oleh orang lain saat di toko kue, atau orang tua tidak membelikannya mainan.
Jika anak mulai tantrum, alihkan perhatiannya. Jika terus merengek dan tidak bisa dibujuk, hindari memberikan apa yang dia mau agar tantrum tidak menjadi senjatanya saat dia menginginkan sesuatu.
Jauhkan dari keramaian agar tidak mengganggu kenyamanan orang lain. Biarkan anak meluapkan emosinya, namun tetap penuhi kebutuhannya, seperti minum atau tisu. Beri pesan bahwa anak boleh meluapkan emosinya, namun tidak boleh melukai diri atau merusak barang.
Setelah emosinya mereda, beri pelukan dan ajak bicara dengan lembut agar menjadi anak yang pengertian.
2. Merasa Tidak Diperhatikan
Tantrum pada anak bisa disebabkan karena perasaan diabaikan. Termasuk saat Anda sedang merasa lelah dan fokus pada ponsel, namun anak mengajak bicara dan Anda tidak meresponnya dengan baik.
Kebutuhan emosional yang tidak dipenuhi atau tidak mendapatkan perhatian yang cukup membuat mereka menggunakan tantrum sebagai cara untuk menarik perhatian. Jika hal ini terjadi, mulai bangun respon yang positif di segala situasi.
Tidak lupa untuk membicarakan emosi bahwa Anda peduli tentang perasaan dan kebutuhan mereka, hanya saja sedang memiliki kewajiban dan mereka tetap penting. Buat jadwal khusus dengan anak agar Anda bisa fokus sepenuhnya pada mereka tanpa gangguan tugas atau aktivitas lain.
3. Ketidakmampuan Berkomunikasi dan Mengatur Emosi
Sesuatu yang sepele bisa menyebabkan anak menjadi tantrum, seperti ketidakmampuannya berkomunikasi maupun mengungkapkan perasaannya. Hingga membuat mereka frustasi yang memicu tantrum sebagai cara mengekspresikan diri dengan harapan orang tua mengerti.
Maka dari itu, sangat penting mengetahui tahapan perkembangan anak guna mengoptimalkan kemampuan berbahasa anak. Anda sebagai orang tua nantinya akan semakin mudah untuk menangani permasalahan anak ketika ia bisa mengutarakan masalahnya dengan bahasa yang dimiliki.Â
4. Pola Asuh Orang Tua yang Tidak Konsisten dan Detail
Ketidakjelasan orang tua dalam menerapkan aturan juga menjadi salah satu aspek yang dapat memancing perilaku tantrum. Orang tua boleh membuat aturan, namun tak jarang melanggarnya demi meredakan tantrum anak.
Padahal, sangat penting memberlakukan sebuah aturan secara detail dan konsisten. Kami ambil contoh menonton YouTube. Sebelum memberikannya izin, buat kesepakatan durasi menonton dan tidak semena-mena membuat aturan atau menghentikan tontonan secara tiba-tiba.
Awalnya, anak mungkin tidak mengerti konsep waktu. Jika dilakukan secara konsisten, anak akan memahaminya ditandai dengan bertanya, “Sisa berapa menit lagi boleh menonton YouTube, Ayah/Bunda?”. Pastikan penegasan aturan ini tidak membuat Anda menjadi orang tua yang kaku dan otoriter.
5. Perubahan Lingkungan dan Rutinitas
Anak-anak sering kali merasa tidak nyaman atau tidak aman ketika terjadi perubahan yang signifikan dalam lingkungan mereka, seperti pindah rumah, masuknya anggota baru dalam keluarga, atau perubahan sekolah.
Perubahan rutinitas yang mendadak ini dapat membuat anak merasa kehilangan kontrol dan menimbulkan ketidakpastian, yang dapat memicu tantrum.
Pentingnya memberikan kesiapan dengan memberinya informasi dan gambaran situasi sebelum menghadapi perubahan lingkungan dan rutinitas. Tidak lupa memberinya jaminan bahwa Anda akan selalu ada untuk mendukungnya.
6. Meniru Perilaku Orang Tua
Penyebab tantrum pada anak tidak selalu karena dirinya, melainkan orang-orang terdekatnya. Sudah menjadi sifat alamiah anak suka meniru perilaku orang dewasa di sekitarnya. Jika sering melihat orang dewasa menggunakan perilaku tantrum untuk mengekspresikan diri, seperti mengamuk atau marah secara berlebihan, mereka mungkin akan menirunya.
Jadi, jadilah contoh yang baik bagi anak. Berbicara lembut, menunjukkan perilaku yang baik, sabar, dan kelola emosi secara sehat akan membantu membentuk perilaku positif pada anak.
7. Sering Dikritik
Sering menerima kritikan dengan cara tidak tepat dapat memicu tantrum pada anak. Merasa tidak dihargai, tidak aman, atau merasa tidak mampu memenuhi harapan orang tua atau orang lain di sekitarnya menyebabkan stres, marah, atau kecewa yang berujung pada perilaku tantrum.
Mengatasi tantrum pada anak yang disebabkan kritik berlebihan bisa dilakukan dengan mempelajari cara berkomunikasi dengan anak. Bangun komunikasi yang positif, dengan nada lemah lembut, dan dengarkan dengan penuh perhatian.
Serta berikan contoh tentang bagaimana cara menanggapi kritik dengan tenang dan bijaksana. Tetap berikan dukungan emosional, terlepas dari kesalahan atau kekurangan yang dimiliki.
Itulah tadi penyebab tantrum pada anak. Dampak tantrum pada anak yang dibiarkan dapat mengganggu kesejahteraan emosional, hubungan sosial, dan prestasi akademiknya.
Jika memiliki kesulitan, Rumah Belajar Rahayu bersedia membantu Anda memaksimalkan perkembangan anak secara sehat dan positif. Melalui program pembelajaran yang diberikan, berdasarkan keilmuan sesuai kondisi anak dan harapan orang tua. Hanya di Rumah Belajar Rahayu, teman bimbel di Bantul yang dapat dipercaya!