Cara Optimalkan Perkembangan Kemampuan Sosial dan Emosional Anak

Proses perkembangan kemampuan sosial dan emosional ini tentunya terjadi sejak awal
kehidupan. Tetapi, perkembangan ini paling pesat terjadi pada usia dini atau pada lima tahun pertama kehidupan anak. Seperti yang sudah disinggung di atas, perkembangan sosial dan emosional anak pada usia dini memang sangat penting. Pasalnya, proses perkembangan ini mempengaruhi kepercayaan diri, empati, kemampuan anak untuk mengembangkan pertemanan atau persahabatan, serta nilai bagi orang di sekitarnya. Perlu untuk diketahui bahwa kemampuan sosial dan emosional anak berkembang sesuai dengan usianya. Hal ini umumnya terjadi pada saat anak lahir hingga mereka berusia empat sampai lima tahun. Berikut ini beberapa tahapan perkembangan kemampuan sosial dan emosional anak sesuai dengan usianya:

Apakah anda sering melihat si kecil tak mau berbagi mainan dengan temannya? Atau selalu ingin menyendiri dan tak ingin berbaur dengan teman-teman sebayanya? Kedua hal ini bisa jadi adalah tanda si kecil membutuhkan stimulasi untuk perkembangan sosial dan emosionalnya lho, Bunda. Tak hanya kemampuan akademik, nyatanya kemampuan sosial dan emosional anak juga penting untuk diasah agar bisa bergaul dengan teman sebaya. Perkembangan sosial dan emosional anak adalah tahapan tumbuh kembang di mana anak mulai memahami siapa dirinya, apa yang dirasakan, serta apa yang diharapkan dan dilakukan saat berinteraksi dengan orang di sekitarnya. Atau dengan kata lain, perkembangan sosial dan emosional anak adalah salah satu tahap pertumbuhan untuk mengendalikan emosi dan berinteraksi dengan orang lain.

Pertama, pada usia dua hingga enam bulan, si kecil biasanya cenderung menangis untuk
mendapatkan apa yang diinginkannya (Altaschool.id, 2023). Jika merasa tidak nyaman, mereka akan menghisap jemari untuk merasa lebih tenang. Saat berusia empat bulan, bayi menangis dengan cara yang berbeda untuk menunjukkan bahwa mereka sedang lapar, merasa sakit, atau kelelahan. Bayi pada usia ini juga mampu membalas senyum orang yang mengasuhnya. Selain itu, saat menginjak usia enam bulan, mereka sudah dapat membedakan wajah orang yang mereka kenali dan tidak. Bahkan mereka juga dapat merespon emosi orang lain dengan menangis, tersenyum, atau bahkan tertawa.

Perkembangan kedua adalah pada usia sembilan bulan sampai dua tahun. Begitu menginjak usia sembilan bulan, si kecil sudah bisa menunjukkan perasaan cemas jika bersama orang asing (Altaschool.id, 2023). Mereka mulai menangis jika orang-orang yang dikenalnya tidak ada di sekitar mereka. Sementara itu, saat bayi berusia satu tahun, mereka suka bermain dengan orang yang mereka kenal. Mereka juga lebih banyak berinteraksi dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Lalu ketika si kecil berusia 18 bulan sampai dua tahun, si kecil biasanya sudah sering tantrum dan mulai berani melawan karena mereka mulai mencoba
untuk berkomunikasi dan menjadi mandiri. Bahkan mereka juga mulai meniru apa yang
dilakukan orang dewasa atau anak lain yang sebaya dengan mereka.

Sementara itu, perkembangan kemampuan sosial dan emosional anak pada usia tiga sampai empat tahun terjadi saat si kecil mulai menunjukkan dan menyebutkan beragam emosi yang sedang mereka rasakan (Altaschool.id, 2023). Mereka juga tertarik untuk bermain peran, tetapi terkadang belum dapat membedakan mana yang nyata dan mana yang dibuat-buat. Selain itu, si kecil juga mulai bermain dengan anak-anak lain dan mulai bisa berpisah dari pengasuhnya dengan lebih mudah. Tetapi mereka masih dapat mengalami tantrum jika terjadi
perubahan dalam rutinitas mereka atau tidak mendapatkan apa yang mereka inginkan. Dari
penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa perkembangan sosial dan emosional anak terus mengalami perkembangan sesuai dengan usianya.

Oleh karena itu, orang tua perlu untuk terus menstimulasi dan mengoptimalkan
perkembangan kemampuan sosial dan emosional anak sejak dini. Mengapa demikian? Sebab ketika anak-anak memiliki keterampilan sosial dan emosional yang kuat, maka mereka cenderung lebih mampu mengatasi tantangan sehari-hari dan tampil lebih unggul, baik secara akademis, profesional, maupun dalam kehidupan sosial mereka (Bebeclub.co.id, 2022). Misalnya saja, dengan memiliki keterampilan sosio-emosional yang baik, anak mampu menghadapi konflik dengan sehat, memecahkan masalah secara efektif, membentuk disiplin diri, membangun kontrol impuls dan manajemen emosi, merasakan empati, dan masih banyak lagi. Intinya, Bunda tak perlu khawatir karena ada banyak sekali cara yang dilakukan untuk mengoptimalkan kemampuan sosial dan emosional anak. Berikut ini beberapa caranya:

  1. Menjadi Contoh yang Baik.
    Sebagai orang tua, Anda harus menjadi contoh yang baik bagi anak-anak.
    Tunjukkanlah keterampilan sosial emosional yang baik kepada anak melalui perilaku sehari-hari di rumah. Otak anak diibaratkan seperti spons yang dapat menyerap semua perilaku dan pembelajaran di sekitar mereka. Jadi, ketika anak melihat Anda berbagi, membantu, atau mengungkapkan rasa terima kasih, anak pun bisa memiliki pemahaman yang baik tentang cara berinteraksi dengan orang lain.
  2. Apresiasi Perilaku Baik.
    Anda bisa memberikan apresiasi ketika anak menunjukkan perilaku sosial yang baik. Dengan cara ini, Anda bisa membantu anak merasa baik tentang diri mereka sendiri. Pada akhirnya, hal ini dapat memainkan peranan penting dalam mengembangkan rasa empati serta kemampuan emosional anak. Apresiasi juga bisa memotivasi anak untuk selalu berperilaku baik, loh.
  3. Mengajarkan Empati. Empati adalah kemampuan untuk merasakan dan menyadari masalah yang dirasakan orang lain. Empati melibatkan kecerdasan emosional anak terhadap orang di sekitarnya. Cara mengajarkan empati bisa dimulai dengan bertanya perasaan anak apabila ia atau temannya mengalami peristiwa tertentu. Berikut ini contoh pertanyaan empati: “Bagaimana perasaanmu ketika mainanmu hilang?” “Apa yang kamu lakukan jika temanmu menangis?”. Setelah anak terampil mengekspresikan reaksi emosional mereka sendiri, maka Anda bisa mulai mengajukan pertanyaan tentang bagaimana perasaan orang lain. Saat menanggapi pertanyaan tentang emosi, anak-anak bisa mulai berpikir tentang bagaimana tindakan mereka bisa berpengaruh terhadap emosi orang-orang di sekitarnya.
  4. Ajak Anak untuk Berbagi. Salah satu aspek perkembangan sosial anak bisa dilihat dari seberapa mampu ia menahan egonya. Ketika anak tidak lagi menangis saat diajak berbagi, maka artinya kemampuan sosial yang dimiliki anak telah terbentuk dengan baik. Oleh sebab itu, mulailah mengajak anak berbagi sejak dini. Anda bisa juga mengajak anak untuk mulai mengikuti playdate, di mana ia bisa bertemu dengan teman-teman sebayanya.

Referensi:

7 cara optimalkan perkembangan sosial emosional anak usia dini lewat kegiatan seru. (2022, March 31). Bebeclub.co.id. Retrieved from https://bebeclub.co.id/artikel/tumbuh-kembang/1-tahun/cara-mengembangkan-sosial-emosional-anak-usia-dini.

Habibah, N. (2023, March 10). Tahap perkembangan sosial emosional anak & tips
mengajarkannya. Altaschool.id. Retrieved from https://www.altaschool.id/blog/tips-mengembangkan-sosial-emosional-anak.