Dalam dunia perkembangan anak dan parenting, kata speech delay tentu sudah tidak asing lagi bagi kalangan orang tua, bukan? Salah satu hal yang harus orang tua perhatikan pada tumbuh kembang anak adalah perkembangan kemampuan bicaranya. Sebab kemampuan bicara adalah salah satu milestone anak yang paling penting saat ia menginjak usia satu tahun. Maka dari itu, orang tua perlu mewaspadai sejak awal apabila anak mereka mengalami speech delay pada usia dini. Lalu sebenarnya apa sih speech delay itu? Speech delay adalah keterlambatan kemampuan bicara dan bahasa yang tidak sesuai dengan usia anak. Kondisi ini membuat anak tidak mampu menyampaikan pikirannya akibat keterbatasan bahasa dan pemahaman yang dimilikinya.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), sebanyak 5-8% anak usia prasekolah mengalami speech delay (IDAI, 2013). Bahkan di Jakarta, tercatat sekitar 21% anak yang mengalaminya. Speech delay ini biasanya disebabkan oleh banyak faktor. Faktor pertama adalah kurangnya pengetahuan orang tua tentang parenting dan kondisi medis di kandungan atau saat lahir. Kondisi medis di sini di antaranya adalah berat badan lahir rendah (BBLR), kelahiran prematur, bayi kuning, asfiksi, dan hipotiroid kongenital yang tidak mendapatkan pengobatan. Faktor kedua adalah masalah pendengaran. Memiliki gangguan pendengaran membuat anak hanya bisa mendengar suara pada volume tertentu. Kondisi ini bisa dipengaruhi oleh infeksi telinga atau bawaan lahir.
Faktor ketiga adalah gangguan fungsi oromotor dan struktur mulut. Speech delay adalah kondisi yang dapat disebabkan oleh masalah pada area otak yang mengontrol gerakan dan koordinasi bibir, lidah, serta rahang untuk mengeluarkan suara. Kondisi ini juga kerap kali berdampak pada cara makan anak. Sedangkan, masalah struktur pada mulut, misalnya seperti bibir sumbing, juga dapat menyebabkan gangguan pada gerakan lidah untuk memproduksi suara. Faktor keempat adalah kurangnya stimulasi. Anak tidak diberikan stimulasi atau pancingan untuk berbicara oleh orang tua sehingga kurang terbiasa mengucapkan kata-kata.
Faktor selanjutnya adalah memiliki riwayat kejang, trauma kepala, dan radang otak. Riwayat kejang yang lama, peradangan pada otak, dan trauma kepala yang terjadi pada bulan-bulan awal kehidupan dapat meningkatkan risiko speech delay. Selain faktor-faktor tersebut, salah satu penyebab speech delay yang paling umum terjadi pada anak adalah penggunaan screen time atau layar gadget yang terlalu berlebihan (The Hanen Center, 2022). Dikutip dari American Academy of Pediatrics (2017), sebuah studi dari rumah sakit anak di Kanada pernah mengamati hampir 900 anak-anak usia enam bulan dan dua tahun. Mereka menemukan bahwa balita yang sering menggunakan gadget cenderung mengalami keterlambatan kemampuan bahasa ekspresif. Kemampuan anak untuk mengucapkan kata-kata dan kalimat juga menjadi lebih lambat.
Lalu kapan anak dapat dikatakan mengalami speech delay? Seorang anak bisa dikatakan mengalami speech delay jika sudah mencapai usia dua sampai tiga tahun, tetapi belum bisa berbicara dengan lancar. Selain itu, ciri-ciri yang lain adalah anak belum bisa mengoceh dan menggunakan anggota tubuhnya untuk berkomunikasi pada usia 12 bulan. Memasuki usia 18 bulan, anak lebih memilih gerak tubuh untuk berkomunikasi. Selain itu, mereka juga kesulitan meniru suara dan memahami ucapan sederhana. Selanjutnya pada usia dua tahun, mereka hanya bisa meniru ucapan atau tindakan dan tidak menghasilkan kata atau frasa secara spontan. Lalu apa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah dan mengatasi speech delay pada anak? Berikut ini langkah-langkah yang dapat dilakukan orang tua:
- Jangan malas untuk mengajak anak berbicara
- Terapi wicara
- Rutin memeriksakan anak ke dokter
- Membatasi waktu anak dalam bermain gadget
- Mengajak anak bernyanyi
- Membacakan buku cerita
Referensi:
Da Silva, B. (2022). Ipad = I don’t talk: the effects of young children’s screen time. The Hanen Centre. Retrieved from https://www.hanen.org/Helpful-Info/Articles/ipad-equals-dont-talk.aspx.
Pediatric Academic Societies. (2017, May 4). Handheld screen time linked with speech delays in young children. AAP Publications. Retrieved from https://publications.aap.org/aapnews/news/10384/Handheld-screen-time-linked-with-speech-delays-in?autologincheck=redirected.
Soebadi, A. (2013, June 21). Keterlambatan bicara. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Retrieved from https://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/keterlambatan-bicara.
