“Setiap anak pasti memiliki salah satu kecerdasan majemuk. Beberapa diantaranya bahkan menguasai lebih dari satu kecerdasan.”
Selama ini kecerdasan selalu identik dengan skor IQ yang tinggi dan nilai akademik yang cemerlang di sekolah. Namun demikian, tolok ukur kecerdasan tidak hanya dinilai dari kecakapan logika dan nilai akademik yang tinggi saja. Sebaliknya, kecerdasan bisa dilihat dari kemampuan-kemampuan lainnya yang biasa disebut dengan istilah kecerdasan majemuk (multiple intelligences). Teori kecerdasan majemuk ini pertama kali dipelopori oleh Howard Gardner, seorang pakar pendidikan dan psikologi dari Universitas Harvard.
Dengan dicetuskannya teori multiple intelligences ini, Gardner secara tidak langsung telah menentang dikotomi antara cerdas dan tidak cerdas, pemberian label hiperaktif, gangguan belajar, dan prestasi di bawah kemampuan. Selain itu, hal ini juga berarti bahwa tidak ada manusia yang tidak cerdas. Bagi para pendidik dan implikasinya bagi pendidikan, teori multiple intelligences ini melihat anak sebagai individu yang unik dan berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, ada berbagai gaya dan variasi dalam belajar di mana setiap variasi gaya belajar menimbulkan konsekuensi dalam cara pandang dan evaluasinya.
Dalam bukunya yang berjudul Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences, Gardner mengungkapkan bahwa terdapat sembilan tolok ukur untuk menilai kecerdasan seorang anak. Gardner percaya bahwa setiap anak setidaknya memiliki satu dari kesembilan kecerdasan majemuk tersebut. Oleh karena itu, kalian para orang tua perlu mengidentifikasi jenis kecerdasan yang dimiliki anak kalian dengan cara lain yang tentu saja tidak diajarkan di sekolah formal. Mengapa demikian? Sebab orang tua tidak bisa hanya mengandalkan nilai rapor atau pun skor IQ untuk mengetahui jenis kecerdasan yang dimiliki anak. Ketika anak Anda tidak menunjukkan kemampuan mengagumkan dalam pelajaran berhitung, misalnya, hal ini bisa jadi anak Anda memiliki kemampuan lebih tinggi di jenis kecerdasan yang lain. Intinya, jangan sampai membatasi definisi dan makna kecerdasan kalian, Mom. Sebab dalam kenyataannya, dalam diri anak Anda bisa sangat banyak potensi kecerdasan yang bisa digali dan dioptimalkan. Berikut ini macam-macam kecerdasan majemuk pada anak serta cara untuk mengembangkannya:
- Kecerdasan verbal-linguistik Kecerdasan verbal-linguistik melibatkan kemampuan berbahasa melalui membaca, menulis, berbicara, memahami urutan dan makna dari kata-kata, serta menggunakan bahasa dengan benar. Anak yang memiliki kecerdasan tipe ini biasanya kuat dalam bidang bahasa, mudah mengingat informasi verbal dan tertulis, suka menulis dan membaca, jago debat dan pidato, suka melontarkan humor, dan bisa menjelaskan sesuatu dengan baik. Untuk mengembangkan kecerdasan bahasa anak, orang tua dapat mengajaknya membaca cerita dongeng bersama, bernyanyi, mengobrol, dan bermain kata.
- Kecerdasan logis-matematis Kecerdasan tipe ini merupakan kecerdasan manusia dalam mengolah angka, matematika, dan logika untuk menemukan dan memahami berbagai pola, seperti pola pikir, pola visual, pola jumlah, atau pola warna. Nah, untuk merangsang kecerdasan tipe ini, orang tua dapat mengenalkan konsep angka dan berhitung sedini mungkin, permainan analisis dan strategi, pergi ke museum ilmu pengetahuan dan sains, misalnya planetarium.
- Kecerdasan visual-spasial Kecerdasan majemuk tipe ini mengandalkan imajinasi dan biasanya senang dengan bentuk, gambar, pola, desain, serta tekstur. Kemampuan visual-spasial si kecil dapat diasah dengan menggambar, melukis, membuat karya, bermain warna, bermain puzzle, dan bermain lilin-lilinan.
- Kecerdasan kinestetik Kecerdasan kinestetik melibatkan kemampuan dalam koordinasi anggota tubuh dan keseimbangan. Anak yang memiliki kecerdasan ini senang melakukan berbagai aktivitas fisik, seperti naik sepeda, menari, atau olahraga. Ia juga mungkin merasa sulit duduk diam dalam waktu lama dan mudah bosan. Untuk mengembangkan kecerdasan kinestetik, orang tua bisa mengajak si kecil melakukan berbagai aktivitas fisik seperti berlari, menari, berlatih keseimbangan tubuh, dan menirukan berbagai gerakan tubuh seperti pantomim.
- Kecerdasan musikal Tidak hanya dapat memainkan alat musik atau mendengarkan lagu. Mereka yang memiliki kecerdasan tipe ini juga mampu memahami dan membuat melodi, irama, nada, vibrasi, suara, dan ketukan menjadi sebuah musik. Kecerdasan musikal dapat diasah dengan memberi anak berbagai pilihan jenis musik, menganalisis perbedaan suara orang dalam berbicara, mendengarkan suara alam, atau bermain menciptakan lagu.
- Kecerdasan interpersonal Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan berhubungan baik dengan orang lain, memahami perasaan orang lain, dan menikmati keberadaan di tengah-tengah kelompok. Dengan kata lain, kecerdasan interpersonal sangat berhubungan dengan keterampilan sosial atau interaksi dengan orang lain. Cara mengembangkan kecerdasan majemuk ini adalah dengan mengajak anak beraktivitas bersama orang-orang baru, mendorongnya untuk berinteraksi dengan orang lain, serta mengikutsertakan anak dalam kegiatan bakti sosial.
- Kecerdasan intrapersonal Kecerdasan intrapersonal merupakan kemampuan mengenali diri sendiri, mengekspresikan perasaan, percaya diri, dan mampu menyatakan apa yang disukai dan tidak disukai. Dengan memiliki kecerdasan tipe ini, anak dapat mengetahui potensi dan tujuan serta mampu mengendalikan keinginannya. Untuk mengembangkan kecerdasan majemuk ini, orang tua dapat melatih si kecil untuk tekun dan bertanggung jawab atas tugasnya, serta mempercayakannya terhadap tugas-tugas tertentu.
- Kecerdasan naturalis Kecerdasan tipe ini meliputi ketertarikan mempelajari alam serta memiliki kepekaan terhadap lingkungan, hewan, tumbuhan, dan luar angkasa. Anak yang memiliki kecerdasan naturalis yang menonjol akan tertarik untuk memahami semua jenis makhluk hidup yang dilihat. Untuk mengasah rasa penasarannya dan mengembangkan kecerdasan naturalis si kecil, orang tua bisa mengajaknya untuk memelihara tumbuhan atau hewan, berwisata di alam, dan memaparkan ilmu seputar alam.
- Kecerdasan eksistensial Kecerdasan eksistensial mampu membuat anak mengajukan dan mencari jawaban pertanyaan mendalam tentang eksistensi manusia, seperti ‘Apa arti hidup?’, ‘Mengapa kita mati?”, atau ‘Apa peran kita di dunia?’. Kecerdasan eksistensial memang lebih mengarah ke bidang ilmu filsafat. Beberapa pakar bahkan mengaitkan antara kecerdasan eksistensial ini dengan tipe kecerdasan spiritual. Untuk mengasah kecerdasan tipe ini, orang tua bisa terus mendorong anak-anaknya untuk terus mengajukan pertanyaan-pertanyaan filosofis.