Pernahkah Anda memperhatikan anak Anda asyik bermain dengan alat kelaminnya? Atau mungkin, ia mulai menunjukkan rasa ingin tahu tentang perbedaan antara laki-laki dan perempuan? Jika ya, kemungkinan besar anak Anda sedang memasuki fase phallic. Fase phallic pada anak adalah hal yang wajar terjadi dalam perkembangan mereka.
Fase phallic merupakan salah satu tahap penting dalam perkembangan psikoseksual anak, yang umumnya terjadi pada usia 3-5 tahun. Pada fase ini, anak mulai menunjukkan rasa tertarik dan fokus pada alat kelaminnya sendiri maupun orang lain. Perilaku ini seringkali disertai dengan rasa ingin tahu yang tinggi tentang seksualitas, dan rasa malu atau cemas tentang alat kelaminnya.
Meskipun terkesan “aneh” dan mengkhawatirkan, fase phallic adalah proses yang normal dan alami. Proses ini penting bagi anak untuk memahami identitasnya sebagai laki-laki atau perempuan, serta membangun rasa percaya diri dan harga diri. Lantas, bagaimana cara orang tua menanggapi fase phallic pada anak? Haruskah orang tua waspada? Temukan jawabannya dalam artikel ini.
Fase Phallic pada Anak

Dikemukakan oleh Sigmund Freud, fase phallic merupakan tahap ketiga dalam perkembangan psikoseksual. Umumnya terjadi pada usia 3-5 tahun, yang sering disebut masa golden age anak. Pada fase ini, anak mulai fokus dan rasa tertarik pada alat kelaminnya sendiri maupun orang lain.
Menurut teori Freud, fase ini merupakan langkah penting dalam pembentukan identitas seksual anak atau perbedaan gender. Fase phallic seringkali diwarnai dengan rasa ingin tahu yang tinggi tentang seksualitas. Anak mungkin akan bertanya tentang asal usul bayi, perbedaan antara laki-laki dan perempuan, atau bahkan mencoba untuk melihat alat kelamin orang lain.
Ciri Perilaku Anak yang Menunjukkan Fase Phallic
Anak mengalami fase ini adalah hal yang normal dan alamiah. Orang tua harus bisa mendampingi dengan baik. Untuk itu orang tua harus mengetahui beberapa ciri-ciri dan tanda-tanda yang dapat membantu orang tua mengidentifikasi perkembangan anak mereka.
- Sering menyentuh alat kelaminnya sendiri.
- Menunjukkan rasa ingin tahu tentang alat kelamin orang lain.
- Mempertanyakan mengenai perbedaan badan laki-laki dan perempuan
- Bermain “dokter-dokteran” yang melibatkan alat kelamin.
- Mulai menggunakan kata-kata yang berkaitan dengan seksualitas.
Pada beberapa anak juga bisa muncul kecemburuan terhadap orang tua yang sejenis dengan mereka, karena mengetahui tentang peran gender dalam keluarga. Dengan memperhatikan tanda-tanda ini, orang tua dapat lebih memahami fase phallic yang sedang dialami oleh anak mereka dan memberikan dukungan yang sesuai.
Orang tua Perlu Waspada
Pemahaman yang baik tentang fase phallic pada anak sangat penting bagi orang tua. Ini karena fase ini dapat memengaruhi mereka dalam jangka panjang. Dengan memahami fase ini, orang tua dapat lebih waspada terhadap perubahan perilaku atau kebutuhan anak selama masa tersebut. Pemahaman tentang ini juga membantu orang tua untuk membedakan antara perilaku yang normal dan tanda awal masalah.
Fase phallic dapat memberikan pengaruh yang signifikan pada perkembangan anak, baik secara positif maupun negatif. Dampak positifnya termasuk pembentukan identitas seksual yang sehat dan pemahaman yang kuat tentang perbedaan gender sesuai dengan fitrah anak.
Namun, jika tidak ditangani dengan baik, fase ini juga dapat meninggalkan dampak negatif, seperti masalah identitas seksual atau konflik psikologis yang berkaitan dengan seksualitas. Oleh karena itu, dengan memahami fase phallic dan dampaknya dalam jangka panjang, orang tua dapat lebih siap untuk memberikan dukungan yang sesuai dan membantu anak melewati fase ini dengan baik.
Cara Mengatasi Fase Phallic pada Anak

Selama fase phallic, peran orang tua sangatlah penting dalam membantu anak melewati periode ini secara sehat. Berikut adalah beberapa tips yang dapat membantu orang tua dalam mendukung anak mereka:
1. Memberikan Pemahaman Positif Tentang Tubuh
Orang tua dapat membantu anak merasa nyaman dengan tubuh mereka sendiri dengan memberikan pemahaman yang positif tentang organ genital dan perbedaan gender. Pembicaraan yang dilakukan terbuka dan tanpa rasa malu.
Penjelasan dari orang tua harus jelas dan ditunjukkan dengan gambar sederhana. Orang tua juga dianjurkan untuk menggunakan nama-nama organ dengan nama aslinya agar tidak tabu. Sehingga anak akan lebih mudah belajar dan bertanya.
2. Menyediakan Ruang Ekspresi
Selama fase phallic, anak akan memiliki banyak pertanyaan yang berkaitan dengan seksualitas. Orang tua perlu memberikan rasa aman dan nyaman untuk anak terbuka tanpa takut dihakimi dan dimarahi jika bertanya.
Hal tersebut bisa dilakukan dengan mendengarkan penuh perhatian, memahami perasaan anak, dan memberikan tanggapan yang sungguh-sungguh. Dengan begitu anak akan merasa didukung oleh orang tua. Hal ini penting juga untuk emosional mereka.
3. Memberikan Contoh Perilaku Positif
Orang tua adalah role model anak. Oleh karena itu, penting bagi mereka untuk menunjukkan sikap yang positif terhadap tubuh dan seksualitas. Dengan menghindari komentar negatif tentang tubuh sendiri atau orang lain, serta dengan menunjukkan penghargaan terhadap perbedaan gender.
Sikap lain yang perlu ditunjukkan adalah memberi contoh perilaku sehat dalam menghargai dan menghormati tubuh mereka dan orang lain. Seperti menunjukkan area atau bagian tubuh yang boleh dan tidak boleh dipegang atau dilihat orang lain, baik itu lawan jenis ataupun bukan, dan saudara ataupun orang tua.
Belajar Tanpa Tekanan di Rumah Belajar Rahayu

Apakah Anda mencari bimbel di bantul yang memberikan pengalaman berbeda? Rumah Belajar Rahayu adalah pilihan yang tepat. Kami tidak hanya sekadar bimbel biasa, tapi lebih dari itu. Di Rumah Belajar Rahayu, kami menawarkan pendekatan belajar yang menyenangkan dan interaktif dengan guru-guru berpengalaman dan program terstruktur.
Bergabunglah dengan Rumah Belajar Rahayu sekarang dan berikan anak Anda keunggulan dalam belajar! Hubungi kami hari ini untuk informasi lebih lanjut. Jangan biarkan kesempatan berharga ini terlewatkan. Ayo bergabung dengan Rumah Belajar Rahayu sekarang!